Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

Weekly Report

IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. D
 Umur : 54 tahun
 Jenis kelamin : laki-laki
 Alamat : jl. Sungai bongka
 MRS : 18 februari 2016
 Rumah Sakit : RSU Anutapura Palu
Anamnesis
Keluhan utama : benjolan pada leher
Anamnesis terpimpin :
benjolan pada leher di alami sejak 1 bulan sebelum masuk rumah
sakit. Awalnya muncul benjolan sebesar kelereng, lama kelamaan
benjolan membesar dan pecah menjadi luka yang berlubang. Dari
luka tersebut keluar nanah dan darah. Semakin lama luka
membesar dan luka bertambah menjadi 2. nyeri (+), pasien juga
mengeluh demam saat awal-awal munculnya benjolan. BAB
lancar biasa, BAK lancar.
Cont...
 Riwayat penyakit dahulu :
- riwayat sakit gigi dan gigi berlubang di sangkal pasien
- riwayat amandel disangkal
- riwayat Dm (+) terkontrol sudah 1 tahun ( awalnya minum obat anti
diabetes glibenklamid)
- riwayat HT (+) tidak terkontrol
 Riwayat pengobatan : sebelumnya pasien sudah minum obat untuk
mengobati keluhannya (minum obat antibiotik dan analgetik)
 Riwayat keluarga : tidak ada
 Riwayat trauma : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIS
Status umum : Sakit sedang / GCS E4V5M6

Tanda vital
T : 140/90 mmHg
N : 84x/menit, reguler
P : 20 x/menit, torakoabdominal
S : 36,8 º C, axilla

Kepala
Konjungtiva anemis (-)/(-), Sklera ikterus (-)/(-), Bibir sianosis (-), Refleks Pupil +/+,
isokor 2,5 mm/2,5mm.
Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thoraks
Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : VF kiri = kanan, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba pada SIC V linea
midclavularis sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I/II murni reguler, murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : cembung, jejas (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen, nyeri
ketok (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Ekstremitas atas : akral hangat +/+, edema -/-
 Esktremitas bawah : akral hangat +/+, edema -/-

Status Lokalis:
Regio colli posterior
Inspeksi: tampak abses yang telah pecah, warna kulit merah
keunguan, pus (+) disertai darah
Palpasi: nyeri tekan (+), fluktuasi (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG SEMENTARA
Darah rutin
 WBC : 18,2 x 103/uL Neutrofil : 14 x 103/uL
 RBC : 4.2 x 106/uL
 Hb : 12,5 g/dL
 Hct: 35,6 %
 PLT : 427x 103/Ul

 GDS (19-02-2016) : 318 mg/dl


 GDP (21-02-2016) : 118 mg/dl
 GDP (22-02-2016) : 148 mg/dl
 GD2PP (22-02-2016) : 391 mg/dl
 GDS (23-02-2016) : 120 mg/dl
 GDS (24-02-2016) : 100 mg/dl
RESUME
Pasien laki-laki usia 54 tahun masuk RS dengan keluhan benjolan
pada regio colli di alami sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya benjolan sebesar kelereng, lama kelamaan benjolan membesar.
Nyeri (+), pus (+), darah (+), demam (+) saat awal muncul benjolan.
Pemfis: TD: 140/90 mmHg, N: 84x/mnt, R: 20x/mnt, S: 36,8ºC
Status lokalis: regio colli posterior
Inspeksi: tampak abses yang telah pecah, warna kulit merah keunguan,
pus (+) disertai darah
Palpasi: nyeri tekan (+), fluktuasi (+)
Laboratorium:
Darah rutin
 WBC : 18,2 x 103/uL
 Neutrofil : 14 x 103/uL
Diagnosis
 Diagnosis : Abses regio colli posterior + DM tipe II + HT
gr. I
Penatalaksanaan
 IVFD RL 20 tpm
 Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Inj. ranitidine 1 amp/8 jam/iv
 Inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam/ iv
 Catopril 5 mg 3x1

Rencana debridement
Prognosis
 Dubia
Abses merupakan kumpulan nanah (neutrofil yang
telah mati) yang terakumulasi disebuah cavitas
jaringan karena adanya proses infeksi atau karena
adanya benda asing. Reaksi ini merupakan reaksi
perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi kebagian lain dari
tubuh.
Etiologi
Infeksi bakteri sperti staphylococcus aureus atau
adanya benda asing.
Klasifikasi Abses
 Abses septik
abses septik adalah hasil dari infeksi. Abses septik
dapat terjadi dimana saja ditubuh.
 Abses steril

abses steril kadang-kadang bentuknya lebih ringan


dari proses yang sama bukan disebabkan oleh
bakteri, tetapi oleh iritan yang tidak hidup seperti
obat-obatan.
Manifestasi klinik
Awalnya tidak dirasakan gejala saat kuman menyerang suatu
bagian tubuh tertentu. Tetapi setelah abses terbentuk
biasanya timbul rasa tidak nyaman, terjadi pembengkakan,
demam dan jika abses terjadi diluar tubuh, akan terlihat
kumpulan nanah. Sedangkan jika abses terjadi dibagian
dalam tubuh, maka yang dapat dirasakan adalah organ tubuh
yang membesar (akibat pembengkakan). Abses merupakan
salah satu manifestasi peradangan, maka manifestasi lain
yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari
proses inflamasi yakni: rubor, dolor, kalor, tumor, dan
fungsio laesa.
Patofisiologi
 Bakteri masuk kedalam jaringan yang sehat
infeksi  sebagian sel mati dan hancur
meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-
sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang
merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut sel
darah putih mati  membentuk nanah yang
mengisi rongga tersebut.
Pembahasan
anamnesis
Kasus: Teori:
a. Anamnesis Manifestasi abses yaitu
 Benjolan bernanah adanya pembengkakan
diregio colli posterior diserti nyeri dan
 Nyeri demam.
 demam
Pemeriksaan fisik
Kasus: Teori
I: terlihat masa berwarna Pada abses hasil
kemerahan di regio pemeriksaan fisik yang di
colli posterior disertai dapatkan yaitu adanya
masa yang terlihat
keluarnya pus
disertai tanda-tanda
bercampur darah
radang (warna
P: nyeri tekan (+), kemerahan, teraba hangat,
fluktuasi (+), hangat dan nyeri tekan) jika
(+) pecah akan keluar pus.
Pemeriksaan penunjang
Kasus Teori
Hasil laboratorium: Pada pemeriksaan
Darah Lengkap penunjang berupa
 Wbc : 18,2 x 103/uL pemeriksaan darah
 Neutrofil: 14 x 103/uL terdapat leukositosis
khususnya peningkatan
sel neutrofil yang
menandakan adanya
infeksi bakteri
etiologi
Pada kasus ini penyebab timbulnya abses di duga
akibat infeksi pada kulit khususnya pada folikel
rambut (folikulitis)  furunkel  abses.
Terapi
Pada kasus ini terapi yang diberikan yaitu
pengobatan secara farmakoterapi yaitu pemberian
antibiotik dan analgetik
Sedangkan terapi non-farmakologinya berupa
drainase abses dan debridemen
sumber
 Mansjoer, Arif.2000. kapita selekta kedokteran.
Media aesculapius FKUI: jakarta
 Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.
EGC: Jakarta
TERIMA KASIH

You might also like