Professional Documents
Culture Documents
Agama Bangsa Semit
Agama Bangsa Semit
Bangsa
Semit
Kelompok 4 : Yulia, Alia, Naila, Zian, Fatih
Sejarah Bangsa Semit
Secara Etimologi kata Semit berasal dari kata Sem, yang berakar
dari nama putra Nabi Nuh yang bernama Sam. Berdasarkan
Kitab Suci Yahudi dan Kitab Suci Kristiani, Nuh memiliki 3 putra
yang bernama: Sam, Ham, dan Yafet. Setelah banjir besar, maka
dari ketiga putra Nuh ini akan menurunkan bangsa-bangsa yang
ada di dunia.
Dalam kitab tersebut juga disebutkan keturunan Sam bin Nuh,
yaitu Elam, Asyur, Lud, Arfakasyad, dan Aram, dari mereka inilah
berkembang bahasa dan bangsa Semit.
Sejarah Bangsa Semit
Ketiga putra Nuh menurunkan bangsa-bangsa yang ada di dunia,
sebagai berikut;
1. Keturunan Sam
Menurunkan bangsa-bangsa rumpun Semit yang mendiami kawasan
Timur Tengah, salah satunya Bangsa Yahudi dan Arab.
2. Keturunan Ham
Menurunkan bangsa-bangsa yang mendiami Afrika Utara, Timur dan
beberapa Afrika Tengah.
3. Keturunan Yafet
Menurunkan bangsa-bangsa yang mendiami kawasan Asia bagian
Tenggara menjadi nenek moyang bangsa Hindu dan Cina, sebagian yang
lain menuju daerah utara dan barat menurunkan bangsa Eropa.
Keturunan Nuh dan
Bangsa-Bangsa Mereka
Agama Bangsa Semit
• Karakteristik agama bangsa Semit dapat kita temukan di Semenanjung Arabia,
sebuah masyarakat suku nomaden, yang tidak bersekutu dengan kekuasaan
besar manapun, yang tidak ada raja, dan bahkan belum membentuk sebuah
kerajaan.
1052 1096
• Bangsa semit memiliki banyak dewa sebanyak klan atau suku bangsa yang
mereka miliki; dan masing-masing dewa ini ternyata tidak terlalu berbeda
antara satu dengan lainnya, agama bangsa semit mengenal konsep raja-titisan
dewata.
• Tuhan bangsa semit bukanlah dewa-dewi alam yang membuat kagum orang-
1082
orang, melainkan anggota dari sebuah klan yang memiliki kedudukan sedikit
lebih rendah dibanding objek alam, sebagaimana dirinya yang berada satu
tingkat di bawah ayah atau leluhurnya. Tuhan mereka tidak mengambil nama
objek alam, tetapi dari hubungannya dengan manusia.
Bangsa semit mungkin pernah mempraktikan
pemujaan kepada leluhur ( suku-suku arab
mengikat seokar unta di makam kepala Praktik
sukunya) namun praktik ini segera menghilang
di masa masa awal. Meski bangsa semit
Agama
memercayai kehidupan setelah kematian, tapi Bangsa
mereka menganggap roh sebagai bentuk
energi, sebagai bayangan yang muncul di Semit
permukaan tanah, yang tidak mereka sembah.
Praktik Agama Bangsa Semit
Dari penjelasan diatas, kita dapat memahami karakter pengorbanan yang
dilakukan bangsa Semit. Ritual pengorbanan mereka tidaklah bersifat lokal,
namun berpusat pada titik-titik dimana dewa-dewi diduga tinggal, atau di
tempat dimana terdapat simbol-simbol yang melambangkan keberadaanya.
Biasanya tempat ini ditandai dengan sebuah tugu batu, sebagaimana yang
banyak dijumpai di penjuru dunia. Ritual inti dari pengorbanan ini adalah
dengan menumpahkan darah korban ke batu ini. Dengan cara lain, darah
korban akan disampaikan kepada dewa dan para anggota suku lainnya.
Demikianlah cara bangsa semit untuk mengingatkan diri kepada dewa
mereka.
Praktik
Agama Praktek lainnya yaitu prosesi jamuan
yang mendahului sebuah acara
Bangsa pengorbanan hewan, dimana dewa
seolah ikut duduk di meja atau altar batu
Semit dan menghadiri jamuan beserta orang
yang memujanya. Ketika sang dewa
dianggap sudah hadir, orang-orang akan
membakar jamuan tersebut agar intisari
makanan itu bisa naik dan dinikmati oleh
para dewa.
Perkembangan Agama
Bangsa Semit
Agama dalam budaya bangsa Semit telah mengalami perkembangan
yang panjang dan beragam selama ribuan tahun. Berikut adalah
beberapa poin penting dalam perkembangan agama bangsa Semit: