Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

SERTIFIKASI ORGANIK

KOMODITAS
TANAMAN PANGAN
DISUSUN OLEH :
A H M A D TA U F I K (H0718009)
A L F I A N H A RY U D A N A (H0718012)
FITROTUNNISA A. (H0718068)
J E N P R I ATA M A N . (H0718078)
Sertifikasi
Sertifikasi merupakan prosedur dimana lembaga sertifikasi pemerintah atau lembaga sertifikasi
yang diakui oleh pemerintah, memberikan jaminan tertulis, atau yang setara bahwa pangan atau
sistem pengendalian pangan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Sertifikasi di Indonesia
diawasi dan didukung penuh oleh OKPO (Otoritas Kompeten Pangan Organik) yang ditunjuk
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 380 /Kpts/OT.130/10/2005.

Sertifikasi ditujukan untuk menunjang sistem pertanian organik, sedangkan sistem pertanian
organik sendiri menurut Supriyadi et al. (2016) yaitu suatu satu kesatuan sistem manajemen
produksi dengan tujuan peningkatan dan pengembangan agroekosistem baik dari aspek
jeragaman hayati, siklus biologi, maupun aktivitas biologi tanah. Pertanian organik
mengutamakan pada keselarasan ataupun keberlanjutan lingkungan yang ditunjang dengan
penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan.
Mekanisme Pelaksanaan Sertifikasi
Organik
Mekanisme pelaksanaan sertifikasi organik terbagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Melaksanakan Bimbingan Teknis Fasilitator Sistem Pertanian Organik dan Sistem Kendali
Internal (SKI) bagi petugas pendamping yang akan melakukan pengawalan penerapan sistem
pertanian organik dan SKI pada poktan/gapoktan organik;

2. Melakukan koordinasi dan pengawalan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Provinsi
dan Kabupaten antara lain: Apresiasi/Sosialisasi sistem pertanian organik dan Sistem Kendali
Internal (SKI) untuk sertifikasi berbasis kelompok; Pendampingan penyusunan dokumen
sistem mutu pertanian organik (Panduan SKI, prosedur kerja, instruksi kerja dan formulir);
Pemantauan penerapan Sistem Kendali Internal (SKI)

3. Pra assessment/penilaian pendahuluan (jika diperlukan).


Alur
Pelaksanaan
Identifikasi
Dinas Pertanian Provinsi melakukan identifikasi calon operator yang akan dibina/disertifikasi baik
secara langsung atau melalui usulan dinas kabupaten/kota. Kriteria pelaku usaha organik yang
akan dibina dan siap disertifikasi meliputi:
 Sudah menerapkan praktek budidaya pertanian organik;
 Tergabung dalam kelompok;
 Mengikuti setiap tahapan pembinaan sistem pertanian organik;
 Memiliki komitmen untuk menerapkan sistem secara konsisten dan berkesinambungan;
 Menyiapkan segala hal yang terkait dengan sertifikasi dan surveilen oleh Lembaga Sertifikasi
Organik (LSO);
 Memiliki akses pasar.
Identifikasi
Identifikasi ini menurut Supriyadi et al. (2016) juga dilakukan pengoordinasian antara Dinas
Pertanian Provinsi dengan kelompok tani yang akan dilakukan sertifikasi. Pengoordinasian
ditujukan agar tidak terjadinya kesalahpahaman ataupun ketidaktahuan mengenai kegiatan-
kegiatan atau prosedur-prosedur yang harus dilakukan saat sertifikasi. Proses ini kemudian
dilakukan dengan sosialisasi baik dari langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam kegiatan
sertifikasi organik hingga rencana pelaksanaan Training of Trainner (TOT) sertifikasi pertanian
organik.
Apresiasi/Sosialisasi Sertifikasi
Pertanian Organik
Kegiatan apresiasi dan sosialisasi dilakukan dalam rangka pengenalan sistem pertanian organik
dan Sistem Kendali Internal (SKI) serta untuk membangun komitmen pelaku usaha organik yang
dibina terhadap penerapan sistem pertanian organik (SNI 6729-2013). Sosialisasi ini seperti yang
disebutkan oleh Supriyadi et al. (2016) dilakukan dengan pembentukan Forum Group Discussion
(FGD) yang didalamnya diagendakan sosialisasi itu sendiri juga dilaksanakan pendataan calon
peserta sertifikasi.
Apresiasi/Sosialisasi Sertifikasi
Pertanian Organik
Pak Basirun sebagai Ketua Kelompok Tani yang sebelumnya Kelompok Taninya sudah
melaksanakan perlakuan organik didalam jurnal milik Supriyadi et al. (2016) menuturkan bahwa
sistem pertanian organik memiliki banyak sekali kemanfaatan yaitu (a) tanah sawah menjadi
subur, (b) tanah menjadi gembur, (c) kondisi tanamannya tetap segar, (d) hasilnya selalu
meningkat yang akhirnya dapat melebihi padi konvensional, (e) pengolahan tanahnya semakin
ringan, (f) badan menjadi sehat, (g) pendapatan petani meningkat, (h) petani dapat merdeka
menentukan harga produk padi organik sendiri, (i) sistem pertanian organik menjadikan
beberapa warga Desa Ketapang dapat naik haji, begitu menurut penuturan beliau.
Materi Apresiasi/Sosialisasi Sertifikasi
Pertanian Organik
Bimbingan Teknis Penyusunan
Dokumen Sistem Mutu
Dokumen sistem mutu yang disusun adalah Panduan Sistem Kendali Internal (SKI) untuk
kelompok yang terdiri dari (1) Panduan Mutu SKI Penerapan organik; (2) Prosedur; (3) Instruksi
Kerja; (4) Formulir Pendukung.

Supriyadi et al. (2016) juga menyebutkan bahwa adapun dokumen yang dipersiapkan yaitu (a)
peta wilayah, (b) data petani / hasil pendaftaran paguyuban kelompok tani, (c) data hasil
inspeksi internal dan (d) dokumentasi keputusan dari komisi persetujuan organik. Penyusunan
doksistu dilakukan oleh tim (anggota kelompok, penyuluhdan pembina kabupaten/kota),
dipandu oleh narasumber pusat atau daerah. Keterlibatan aktif narasumber daerah sangat
diharapkan dalam melakukan pendampingan penerapan sistem pertanian organik dan sistem
kendali internal (SKI) hingga tahap sertifikasi. Materi bimbingan teknis penyusunan dokumen
sistem mutu seperti tertera pada tabel berikut.
Materi Bimbingan Teknis Penyusunan
Dokumen Sistem Mutu
Sosialisasi Dokumentasi Sistem Mutu
Panduan Sistem Kendali Internal yang telah
disusun oleh tim dengan pengesahan pimpinan
pelaku usaha organik, disosialisasikan kepada
seluruh anggota pelaku usaha organik oleh tim
SKI. Tim dibantu oleh pendamping agar
panduan SKI dapat dipahami dan dijadikan
acuan penerapan sistem pertanian organik
yang terdokumentasi.
Penerapan Sistem Kendali Internal (SKI)
a. Pendaftaran Petani
Seluruh petani yang tergabung dalam program sertifikasi organik berbasis kelompok harus
didaftar oleh Tim SKI.
b. Inspeksi Internal
Pengawas internal dari Tim SKI melakukan inspeksi internal penerapan sistem pertanian
organik terhadap seluruh petani anggota kelompok yang sudah didaftar.
c. Persetujuan & Sanksi
Hasil inspeksi internal diputuskan dalam komisi persetujuan dengan status (organik, konversi
tahun 1, konversi tahun 2) dan direkapitulasi dalam form Daftar Petani yang disetujui
Approved Farmer List (AFL).
Pra Assessment
Petugas Pusat/Provinsi melakukan Pra Assessment (penilaian pendahuluan) penerapan sistem
pertanian organik dan sistem kendali internal (SKI) sebelum poktan/gapoktan mengajukan
sertifikasi, untuk memastikan bahwa sertifikasi layak untuk diajukan kepada LSO. Pra Assessment
terbagi menjadi 6 tahap yaitu permohonan, pelaksanaan, pelaporan, pengumuman keputusan,
surveilan, dan re pra assessment. Pra Assessment yang telah dilakukan dan jika ditemukan
ketidaksesuaian maka perlu dilakukan tindakan perbaikan terlebih dahulu oleh pelaku usaha
organik sebelum diajukan kepada LSO, kemudian jika sudah sesuai dapat melanjutkan untuk
mengajukan permohonan kepada LSO.
Permohonan Sertifikasi ke Lembaga
Sertifikasi Organik (LSO)
Poktan/Gapoktan yang telah menyelesaikan
tindakan perbaikan dapat mengajukan
sertifikasi ke LSO melalui Dinas Pertanian
Provinsi penerima dana dekonsentrasi. Alur
sistem sertifikasi pertanian organik dapat
dilihat pada bagan slide berikut.
Alur Sertifikasi Sistem Pertanian Organik
Pelaksanaan Sertifikasi Sistem Pertanian
Organik
Pelaksanaan tahapan pembinaan penerapan sistem
pertanian organik dan Sistem Kendali Internal (SKI)
harus sudah mulai dilaksanakan pada awal tahun
anggaran. Pengajuan sertifikasi dengan melampirkan
daftar petani yang diajukan sertifikasi dan dokumen
sistem mutu penerapan sistem pertanian organik
harus sudah dimulai pada pertengahan tahun untuk
mengantisipasi tindakan perbaikan temuan
ketidaksesuaian pada saat inspeksi dari Lembaga
Sertifikasi Organik.
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2016. Petunjuk Teknis “Fasilitasi Sertifikasi Pertanian
Organik”. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 432/Kpts/OT.130/9/2003 tentang Penunjukan Pusat
Standardisasi dan Akreditasi sebagai Otoritas Kompeten (Competent Authority) Pangan
Organik.
Supriyadi, Sumani, Winarno J et al. 2016. Pembinaan dan sertifikasi organik (komoditi padi) di
Kabupaten Semarang. J Sinergitas PKM dan CSR 1(1): 36-50.

You might also like