Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

UNDANG-UNDAN

TENAGA
KESEHATAN
DUMARIA HOTMA ULI SITORUS
P01031121014
5A
UU NO.36 TAHUN 2009 TENTANG
KESEHATAN
PASAL 1
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana,
tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan
serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.
PASAL 2
ASAS PEMBANGUNAN KESEHATAN
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan
berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan,
manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak
dan PASAL
kewajiban, 3
keadilan, gender dan
TUJUANdan
nondiskriminatif PEMBANGUNAN
norma-norma agama. KESEHATAN

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk


meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
PASAL 16
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan
sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan
merata bagi seluruh masyarakat untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya
UU NO.36 TAHUN 2014 TENTANG
TENAGA KESEHATAN

Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilam
melalui pendidikan di bidang yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan
UNDANG-UNDANG INI BERTUJUAN
UNTUK
PASAL 3
A. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kesehatan
B. Mendayagunakan tenaga kesehatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat
C. Memberikan pelindunan kepada masyarakat dalam
menerima penyelenggaraan upaya kesehatan.
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAN
PEMERINTAH DAERAH
Pasal 4

A. pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan peningkatan mutu tenaga


kesehatan
B. Perencanaan, pengawasan dan pendayagunaan Tenaga Kesehatan
sesuai dengan kebutuhan; dan
C. Pelindungan kepada tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK
TENAGA GIZI
PASAL 1
1. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
2. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan
makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit.
PELAKSANAAN PELAYANAN
TENAGA GIZI
Pasal 15
Tenaga Gizi yang akan memberikan Pelayanan Gizi secara mandiri harus
memiliki peralatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan konseling gizi dan
Pelayanan Gizi di berbagai fasilitas.
Pasal 16
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mengijinkan Tenaga Gizi yang
tidak memiliki SIPTGz atau SIKTGz untuk melakukan Pelayanan Gizi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tersebut.
PEMBINAAN
DAN
PENGAWASAN
Pasal 24
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (1) Menteri, pemerintah daerah provinsi atau kepala
dinas kesehatan provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota atau
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat memberikan tindakan
administratif kepada Tenaga Gizi yang melakukan pelanggaran
pekerjaan dan praktik Pelayanan Gizi dalam Peraturan Menteri ini.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2019 TENTANG
REGISTRASI TENAGA KESEHATAN
Registrasi adalah pencatatan resmi
terhadap Tenaga Registrasi yang telah
memiliki Sertifikat Kompetensi atau
Sertifikat Profesi dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu lain serta mempunyai
pengakuan secara hukum untuk
menjalankan praktik
PELAKSANAAN
REGISTRAS
PASAL 2
1. Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki
STR.
2. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia dan diberikanoleh konsil masing-
masing Tenaga Kesehatan.
3. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh
ketua konsil masing-masing Tenaga Kesehatan yang berfungsi
sebagai registrar.
Menteri, gubernur, bupati/walikota dan konsil masingmasing Tenaga
Kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan baik secara
PEMBI maupun bersama-sama terhadap kepemilikan STR
sendiri-sendiri
NAAN
oleh Tenaga Kesehatan sesuai tugas dan kewenangan masing-
DAN
masing.

PENGA
WASAN
PASAL
PENDANAAN
PASAL 17

Pendanaan penyelenggaraan
Registrasi Tenaga Kesehatan
dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Negara dan sumber lain
yang sah dan tidak mengikat
sesuai dengan ketentuan
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA NOMOR 23/KEP/M.PAN/4/2001

Nutrisionis adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,


tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di
bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat
maupun rumah sakit
KEDUDUKAN
PASAL 3
Nutrisionis berkedudukan sebagai pelaksana teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetik di lingkungan Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial atau Instansi di luar
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
TUGAS POKOK
Pasal 4
Tugas Pokok Nutrisionis adalah melaksanakan
pelayanan di bidang gizi, makanan dan dietetik
yang meliputi pengamatan, penyusunan program,
pelaksanaan, penilaian gizi bagi perorangan,
kelompok di masyarakat dan Rumah Sakit

You might also like