Professional Documents
Culture Documents
Airport Operational Management
Airport Operational Management
PRODI PENERBANGAN-PPIC
THE LAND-SIDE ACTIVITIES ARE THOSE THAT ARE NOT RELATED TO THE AIR-OPERATION
BUT TO THE COMMERCIAL SIDE OF THE AIRPORT BUSINESS. THEY INCLUDE THE
EXPLORATION OF THE F&B, RETAIL SHOPS, CAR PARKS AND ANY OTHER TYPE OF
COMMERCIAL ACTIVITY THAT TAKES PLACE IN THE AIRPORT OR IN ITS PROPERTY.
THE AIR-SIDE ACTIVITIES ARE THOSE RELATED TO THE AIR OPERATION AND INCLUDE:
ATC; AIRCRAFT HANDLING, PARKING AND MAINTENANCE; HANGAR AND OTHER AIRLINE
FACILITIES’ RENTS; THE HANDLING OF PASSENGERS AND CARGO AS WELL AS THE
AIRPORT’ AIR-SIDE SAFETY AND SECURITY.
CHANGING TREND TO THE AIRPORT’S ROLES
AVIATION
Air Traffic Air Operation
Terminal Security
Operation Services
NON-AVIATION GROUND
HANDLING
Retail Spacing & Building Aircraft Passenger
Management Rentals Services Services
HUB
O-D AIRPORT
AIRPORT
LEISURE REGIONAL
AIRPORT AIRPORT
CARGO
AIRPORT
A. PENGELOLA BANDAR UDARA
TRAVELLERS
INDIVIDUAL GROUPS
NON-TRAVELLERS
LOCAL GOVERNMENT
NON- USER
STAKEHOLDERS TOURISMS PROMOTERS
COMMERCIAL
ASSOCIATIONS
SLOT TIME BANDAR UDARA
10
WHY AIRPORT SLOT COORDINATION
IS SO IMPORTANT ?
IMPROVED CONNECTIVITY
AIRPORT
CONGESTION
IMPROVED ACCESS
MAXIMIZED AIRPORTS’
REVENUE
11
DEMAND DRIVING
CONSTRAINTS
FORCES Airspace
Airline Schedule Runway Noise
Population Airline Flight Taxiway Air Pollution
GDP Aircraft Fleet Apron/gate complex Land Use
Personal Income Mix
Airfare
DEMAND CAPACITY
AIRSIDE
AIRPORT
LANDSIDE
DEMAND
CAPACITY
DEMAND DRIVING
FORCES Passenger Terminal CONSTRAINTS
Passenger Complex
GDP Cargo Complex Noise
Air Cargo
Personal Income Ground Access Air Pollution
Airport Schedule System/Modes Land Use
Airfare/Cargo Rates 12
AIRSIDE CAPACITY
THE FAA (ICAO) SEPARATION RULES BETWEEN THE LANDING AIRCRAFT (NM)
IFR (INSTRUMENT
FLIGHT RULES)
i/j SMALL LARGE B757 HEAVY
SMALL 2.5 (3) 2.5(3) 2.5(3) 2.5(3)
LARGE 4.0 2.5(3) 2.5(3) 2.5(3)
THE DISTANCE-BASED SEPARATION CAN BE DIVIDED BY THE AIRCRAFT APPROACH SPEED IN ORDER TO
OBTAIN THE MINIMUM TIME INTERVALS BETWEEN PARTICULAR SEQUENCES OF LANDING AIRCRAFT AT THE
13
RUNWAY THERESHOLD.
AIRCRAFT CLASSIFICATION
THE ATC OPERATIONAL TACTIC IN MANAGING THE TIMELY CLOSED ARRIVAL AND
DEPARTURES IN AIRPORT AIRSIDES AREA;
AIRSIDE
CAPACITY THE VARIOUS NOISE ABATEMENT PROCEDURES IMPOSED ON A GIVEN AIRPORT, WHICH MAY
ADDITIONALLY EFFECT THE CAPACITY;
INFLUENCED BY CHARACTERISTICS OF THE AIRCRAFT MANEUVERING ON THE TAXIWAY AND APRON/GATE
ARE COMPLEX (TAXIING SPEED, SEPARATION BETWEEN THE TAXIING AIRCRAFT, RUNWAY
EXIT SPEED)
14
THE NUMBER OF AVAILABLE PARKING STANDS AT THE APRON/GATE COMPLEX..
AIRPORT’S CATEGORIES
IATA-WSG
For the purposes of airport coordination, airports are categorized by the responsible
authorities according to the following levels of congestion:
a) Level 1: airports where the capacity of the airport infrastructure is generally adequate
to meet the demands of airport users at all times.
b) Level 2: airports where there is potential for congestion during some periods of the
day, week, or season which can be resolved by schedule adjustments mutually agreed
between the airlines and facilitator. A facilitator is appointed to facilitate the planned
operations of airlines using or planning to use the airport.
c) Level 3: airports where capacity providers have not developed sufficient infrastructure,
or where governments have imposed conditions that make it impossible to meet
demand. A coordinator is appointed to allocate slots to airlines and other aircraft
operators using or planning to use the airport as a means of managing the declared
capacity.
15
AIRPORT CAPACITY
LEVEL 1 2 3
CONGESTION CAPACITY > DEMAND CAPACITY < DEMAND DEMAND > CAPACITY
(SOME PERIODE)
HISTORICS NO NO YES
CAPACITY ANALISYS 2x 2x 2x
16
NOTICE TO AIRPORT CAPACITY (NAC)
AT 35 AIRPORT IN INDONESIA
DATA PER WINTER 2019
NO BANDAR UDARA NAC NO BANDAR UDARA NAC
30 JUWATA/TRK 9 MOVMT/JAM
32 DJALALUDIN/GTO 9 MOVMT/JAM
18
KP 112 TAHUN 2018
19
BAGAN ORGANISASI PENYELENGGARA
ALOKASI KETERSEDIAAN WAKTU TERBANG (SLOT TIME) BANDAR UDARA
SEMULA
Indonesia Airport Slot Management (IASM) sebagaimana dimaksud angka 2.1. mengelola slot time bandar
udara untuk tujuan perencanaan, yang terdiri dari:
• penerbangan berjadwal dalam negeri (domestic regular flight) pada bandar udara yang dikoordinasikan;
• penerbangan berjadwal luar negeri (international regular flight) pada bandar udara internasional di
Indonesia; dan
• perubahan penerbangan berjadwal dalam negeri (domestic regular flight) dan penerbangan berjadwal
luar negeri (international regular flight) yang dilaksanakan lebih dari 7 kali hari operasi, yang terdiri
dari:
1) perubahan jadwal penerbangan (re-schedule);
2) perubahan tipe dan atau seri pesawat (change aircraft); dan
3) perubahan waktu penerbangan (re-timing).
MENJADI
Indonesia Airport Slot Management (IASM) sebagaimana dimaksud angka 2.1. mengelola slot
time bandar udara untuk tujuan perencanaan penerbangan berjadwal pada:
• bandar udara yang dikoordinasikan, dan
22
• bandar udara internasional.
Angka 2. Pengelola Slottime Bandara
SEMULA
Penyelenggara Bandar Udara dan Perum LPPNPI setempat sebagaimana dimaksud angka 2.21. mengelola slot time
bandar udara:
• penerbangan berjadwal dalam negeri (domestic regular flight) di luar bandar udara yang dikoordinasikan;
• perubahan penerbangan berjadwal dalam negeri (domestic regular flight) dan penerbangan berjadwal luar negeri
(international regular flight) yang dilaksanakan kurang dari sampai dengan 7 kali hari operasi, yang terdiri dari:
1) perubahan jadwal penerbangan (re-schedule);
2) perubahan tipe dan atau seri pesawat (change aircraft); dan
3) perubahan waktu penerbangan (re-timing).
• penerbangan tambahan (extra flight); dan
• penerbangan tidak berjadwal,
MENJADI
Penyelenggara Bandar Udara dan Perum LPPNPI setempat sebagaimana dimaksud angka 2.1.
huruf b, mengelola slot time bandar udara, yang terdiri dari:
• penerbangan berjadwal dalam negeri (domestic regular flight) di luar bandar udara yang
dikoordinasikan;
• perubahan penerbangan berjadwal;
• penerbangan tambahan (extra flight); dan 23
• penerbangan tidak berjadwal.
HAL-HAL YANG DIPERBAHARUI
Angka 2. Pengelola Slottime Bandara
Angka 3. Persetujuan Slottime
Angka 4. Prioritas yang diperhatikan dalam
koordinasi slot
Angka 5. Perubahan slot time
Angka 7. Penggunaan slot time di bandar udara
Angka 8. Pemantauan dan pengawasan slot time
secara berkala
Angka 9. Transparansi informasi kapasitas bandar
udara
24
SEMULA
3.3 Persetujuan slot time diberikan dengan memperhatikan:
• data Notice of Airport Capacity (NAC) yang ditetapkan oleh Ketua Penyelenggara Slot Time Bandara bersama-sama
dengan Sekretaris Penyelenggara Slot Time Bandara. Penghitungan Notice of Airport Capacity (NAC) ditentukan oleh
kapasitas landasan (runway capacity), kapasitas apron (apron capacity) dan kapasitas terminal (terminal capacity).
• slot time diberikan berdasarkan perhitungan rencana Block On (parkir pesawat di apron) dan Block Off
(meninggalkan tempat parkir pesawat).
• slot Time menggunakan standar/acuan waktu coordinated universal time (UTC).
• Pengelola slot time bandar udara dalam memberikan persetujuan slot time penerbangan berjadwal domestik dan
berjadwal internasional kepada badan usaha angkutan udara dan perusahaan angkutan udara asing sesuai periode
slot untuk musim penerbangan yang berlaku di dunia internasional yaitu pada satu hari setelah periode winter
berakhir sampai dengan hari Sabtu terakhir di bulan Oktober (summer season) dan pada satu hari setelah periode
summer berakhir sampai dengan hari Sabtu terakhir di bulan Maret tahun berikutnya (winter season).
• Pengelola slot time bandar udara dalam memberikan persetujuan slot time kepada pemohon slot time sebagaimana
butir 3.2.b melalui Penyelenggara Bandar Udara setelah mendapat rekomendasi dari Perum LPPNPI setempat.
• Pengelola Slot Time bandar udara wajib melaporkan setiap persetujuan slot time penerbangan yang diberikan
kepada Ketua Penyelenggara Slot Time Bandar Udara.
MENAMBAHKAN
• Jenis dan tipe pesawat udara yang sesuai dengan kemampuan teknis dan operasional
bandar udara. 25
HAL-HAL YANG DIPERBAHARUI
Angka 2. Pengelola Slottime Bandara
Angka 3. Persetujuan Slottime
Angka 4. Prioritas yang diperhatikan dalam
koordinasi slot
Angka 5. Perubahan slot time
Angka 7. Penggunaan slot time di bandar udara
Angka 8. Pemantauan dan pengawasan slot time
secara berkala
Angka 9. Transparansi informasi kapasitas bandar
udara
26
4.1 Permohonan slottime dengan alokasi waktu yang bersamaan, maka penentuan
prioritasnya adalah sebagai berikut:
a. OTP yang lebih baik akan memperoleh prioritas lebih tinggi untuk mendapatkan
historical slot permohonan rencana rute penerbangan periode berikutnya. Batas
toleransi ketidaktepatan waktu pelaksanaan penerbangan adalah 15 menit sebelum
atau 15 menit sesudah dari slot yang diberikan,
b. Jika OTP sama, penentuan prioritas berdasarkan first come (first submission) first
serve,
c. Pelaksanaan slot < 80% kehilangan prioritas utk periode selanjutnya,
4.2 Pada akhir periode dilakukan pemantau keseluruhan pemanfaatan slot. Jika terjadi off-
slot > 20% maka akan mendapat low priority.
27
Menjadi
Istilah OTP pada angka 4.1 dirubah menjadi PENILAIAN KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN SLOTTIME.
4.2 Pada akhir periode dilakukan pemantau keseluruhan pemanfaatan slot, dengan kondisi:
a. Jika terjadi off-slot > 30% maka tidak memenuhi syarat untuk memiliki historical slot permohonan
rencana rute penerbangan periode berikutnya dan akan mendapat low priority.
b. Jika terjadi off-slot pada bandar udara CGK, SUB, dan DPS > 50%, maka dianggap tidak memenuhi
syarat untuk memperoleh slot dimaksud pada periode penerbangan berikutnya,
c. yang tidak termasuk dalam off-slot, yaitu:
1) Delay dan cancel flight, yang disebabkan oleh gangguan teknis pesawat yang disebabkan oleh
gangguan teknis pesawat udara yang dapar membahayakan keselamatan penerbangan, gangguan
cuaca, gangguan teknis operasi bandar udara dan force majeure,
2) Penundaan operasi penerbangan bagi rute baru dengan tenggang waktu 30 hari sejak
persetujuan izin rute baru diberikan, dan
3) Penundaan penerbangan yang telah mendapatkan persetujuan dari Ditjen Hubud.
28
HAL-HAL YANG DIPERBAHARUI
Angka 2. Pengelola Slottime Bandara
Angka 3. Persetujuan Slottime
Angka 4. Prioritas yang diperhatikan dalam
koordinasi slot
Angka 5. Perubahan slot time
Angka 7. Penggunaan slot time di bandar udara
Angka 8. Pemantauan dan pengawasan slot time
secara berkala
Angka 9. Transparansi informasi kapasitas bandar
udara
29
7.6. Penyelenggara Bandar Udara dan/atau Penyelenggara Navigasi Penerbangan membuat prosedur teknis
operasional terkait optimalisasi penggunaan slot time untuk kebutuhan operasional penerbangan yang
paling sedikit memuat:
a. Badan Usaha Angkutan Udara dan Perusahaan Penerbangan Asing melaporkan rencana pembatalan
penerbangan (cancel flight) atas Izin Rute Penerbangan kepada Penyelenggara Bandar Udara dan atau
Penyelenggara Navigasi Penerbangan;
b. Badan Usaha Angkutan Udara dan Perusahaan Penerbangan Asing melaporkan cancel flight,
delay/early flight atas Izin Rute Penerbangan dan Flight Approval ke dalam daily schedule kepada
Penyelenggara Bandar Udara dan atau Penyelenggara Navigasi Penerbangan;
c. pelaporan sebagaimana dimaksud butir a, diberikan batasan waktu; dan
d. Penyelenggara Bandar Udara dan Penyelenggara Navigasi mempublikasikan cancel flight, delay/early
flight sebagaimana dimaksud butir b setiap harinya.
7.7. Yang dimaksud dengan optimalisasi penggunaan slot time sebagaimana dimaksud pada butir 7.6. adalah
pemanfaatan slot time sesuai dengan izin rute penerbangan atau persetujuan terbang (flight approval).
7.8 Prosedur teknis operasional sebagaimana dimaksud pada butir 7.6. dilaporkan kepada Unit Pelaksana
Koordinasi Slot (UPKS).
32
HAL-HAL YANG DIPERBAHARUI
Angka 2. Pengelola Slottime Bandara
Angka 3. Persetujuan Slottime
Angka 4. Prioritas yang diperhatikan dalam
koordinasi slot
Angka 5. Perubahan slot time
Angka 7. Penggunaan slot time di bandar udara
Angka 8. Pemantauan dan pengawasan slot time
secara berkala
Angka 9. Transparansi informasi kapasitas bandar
udara
33
1. Dilakukan oleh Unit Pelaksana Koordinasi Slot (UPKS) untuk memastikan penggunaan yang efisien terhadap
keterbatasan kapasitas, sehingga tingkat pelayanan yang memadai dapat dipertahankan dan dapat meningkatkan
kualitas, fleksibilitas dan efektivitas dari proses koordinasi.
2. Pemantauan dan pengawasan dilakukan terkait dengan pemanfaatan alokasi slot time antara izin rute
penerbangan atau persetujuan terbang (flight approval) dengan realisasi penerbangan untuk seluruh kapasitas
bandar udara (NAC) yang tersedia.
3. Pemantauan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan slot time dilakukan oleh Unit Pelaksana Koordinasi Slot
(UPKS) secara berkala paling sedikit 1 (satu) bulan sekali dengan berdasarkan informasi yang diterima dari
berbagai sumber, antara lain:
• data administrasi bandar udara (airport data administration);
• data penerbangan Air Traffic Services (ATS);
• website airlines; dan
• handling agents.
4. Unit Pelaksana Koordinasi Slot (UPKS) melaksanakan rekonsiliasi pelaksanaan slot time paling sedikit 1 (satu)
34
bulan sekali untuk pencocokan data hasil pemantauan dan pengawasan.
Pemantauan dan Pengawasan Slot Time Secara Berkala
lanjutan
SEMULA MENJADI
Informasi kapasitas Bandar Udara yang Informasi kapasitas Bandar Udara yang
dikoordinasikan disajikan secara dikoordinasikan disajikan secara
transparan dan berkala melalui website transparan dan berkala melalui website
www.iasmslot.com sebagai pedoman bagi pengelola slot sebagai pedoman bagi
badan usaha angkutan udara dan badan usaha angkutan udara dan
perusahaan angkutan udara asing dalam perusahaan angkutan udara asing dalam
memperoleh slot time atau untuk memperoleh slot time atau untuk
menyusun rencana penerbangan di waktu menyusun rencana penerbangan di waktu
mendatang. mendatang.
37
HAL-HAL YANG DIPERBAHARUI
Angka 2. Pengelola Slottime Bandara
Angka 3. Persetujuan Slottime
Angka 4. Prioritas yang diperhatikan dalam
koordinasi slot
Angka 5. Perubahan slot time
Angka 7. Penggunaan slot time di bandar udara
Angka 8. Pemantauan dan pengawasan slot time
secara berkala
Angka 9. Transparansi informasi kapasitas bandar
udara
38
S EMUL A MEN J A DI
Apabila timbul permasalahan yang tidak dapat Apabila timbul permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan antara Badan Usaha Angkutan diselesaikan antara Badan Usaha Angkutan
Udara, Pemegang Izin Kegiatan Angkutan Udara Udara, Pemegang Izin Kegiatan Angkutan
Bukan Niaga atau Perusahaan Angkutan Udara Udara Bukan Niaga atau Perusahaan
Asing dengan Pengelola Slot Time dapat diajukan Angkutan Udara Asing dengan Pengelola Slot
secara tertulis kepada Ketua Penyelenggara Slot Time dapat diajukan secara tertulis kepada
Time Bandar Udara atau melalui telp/fax: (021) Penyelenggara Slot Time Bandar Udara atau
3506662 atau email: melalui telp/fax: (021) 3506662 atau email:
ketuapenyelenggaraslot@dephub.go.id; penyelenggaraslot@dephub.go.id;
39
WORK FLOW CHART
SLOT COORDINATION
IASM Sl
ot
on
i co
1 ) nat or
( di r din
o or ula at
i on
c g
ot Re (2)
Sl
Apply izin rute/flight approval
Operator DAU
(3)
Publish izin rute/flight approval
Sl
ot I r r e
c o gu
o r la
di r
na
tio
(4) Flight
40
slot monitoring
FLOW CHART
UPKS
(Unit Pelaksana Koordinasi Slot)
(4) Pencocokan data slot dan realisasi
(3) Pengawasan dan pencatatan
IASM
OPERATOR
Slot schedule data
3
slot monitoring
DATA PROCESS
AIRPORT &
AIRNAV UPKS IASM
4
slot monitoring
Unit Pelaksana Koordinasi Slot (UPKS)
5
data actual movement
Unit Pelaksana Koordinasi Slot (UPKS)
Schedule Schedule
Operator Flight No RWY Date RWY Time Block Date Block Time A/D A/C Type Remarks
Date Time
08312018
6
slot monitoring
Indonesia Airport Slot Management (IASM)
7
slot monitoring
COMPONENT
Component Description
Use it or Lose it Operation Number of operation for counting Use it or Lose it (80/20)
Non-operation Number of operations where the slot was not cancelled, did not operate and no dispensation
Not Counting Operation Number of operations which operated outside the slot monitoring parameters
Not
Projected Use it or Planned Non Counting
Operator Flight No Dispensation Cancellation Counting
Slot Usage Lose it Remaining Operation Operation
Operation
AA 123 86 % 21 15 0 0 0 3 3
AA 123 57 % 21 8 0 2 2 5 4
BB 456 76 % 21 8 4 0 0 5 4
10
ULTIMATE POWERPOINT TEMPLATE
Slot Coordination
Requirement? Simple!
Slot Request
Airlines Coordinator
Slot Reply
B O O S T L AY O U T S
What is SSIM
Message Component
SCR
/REF GIA1/01JUL Header
S15
01JUL
CGK
Content
NGA700 GA701 01AUG28OCT 1234500 150320 BDOBDO2000 06151BDOBDO JJ
/FA. 18302120 FD. 06000700/
Footer
SI NEW SERVICE
GI BRGDS
MESSAGE COMPONENT
Message Header
SCR <message_type>
/REF GIA1/01JUL <reference>
S15 <season>
01JUL <date_send>
CGK <coordinated_airport>
MESSAGE HEADER
Message Type
Reference
Season
Date Send
SCR
/REF GIA1/01JUL
S15 2 digit numerical
01JUL
Followed by 3-letter
CGK
(mmm) month format
MESSAGE HEADER
Coordinated Airport
SCR
/REF GIA1/01JUL
S15
01JUL
CGK
3-letter IATA coordinated airport
e.g. BPN, PLM, KNO, BDO & DPS
MESSAGE COMPONENT
Message Content
Schedule information
Additional information
MESSAGE CONTENT
Schedule Information
N <action_code>
GA700 GA701 <flt_no>
01AUG28OCT <period>
1234500 <doop>
150320 <seat><aircraft_type>
BDOBDO2000 <route_time_arrival>
06151BDOBDO <time_route_departure>
JJ <service_type>
S C H E D U L E I N F O R M AT I O N
Action Code
Operator Coordinator
Action Definition
Code Action Code Definition
N New Entrant
K Confirmation OK
C Schedule to be change
U Refusal
R Revised schedule (w/ offer)
O Slot offered
L Revised schedule (w/o offer)
H Hold
D Delete schedule
X Deleted slot
A Accept offer
Z Decline offer
2-letter IATA airline designator (e.g. GA, JT, ID, QG & IN)
Followed by 4 digit flight number
S C H E D U L E I N F O R M AT I O N
Period Frequency
Start-end schedule
Days of operation 7 digit day of week
2 digit date
E.g. 1 = Monday, 2 = Tuesday … 7 = Sunday
Followed by 3-letter month
S C H E D U L E I N F O R M AT I O N
Number of seats
3 digit max. number of seats
Aircraft type
3-letter IATA aircraft type (see SSIM Appendix A)
S C H E D U L E I N F O R M AT I O N
Inbound
3-letter origin & last airport
Followed by 4 digit time (hhmm) of arrival
Outbound
4 digit (hhmm) time of departure
1 digit (1 to 9) over midnight indicator
Followed by 3-letter IATA next & destination airport
S C H E D U L E I N F O R M AT I O N
Service Type
Service type
First code for inbound flight
Second code for outbound flight
1-letter IATA service type (see SSIM Appendix C)
MESSAGE CONTENT
Additional Information
Starts and ends with “/” (slash) after the schedule information line
The content begins with additional information code (e.g. FA or FD – flexible arrival and
dep time). See SSIM appendix J
Followed by the information
MESSAGE CONTENT
• Arrival/Departure
• Arrival only
• Departure only
Note
The mandatory space line
The arrival and departure element
The 2 code service type
SCHEDULE INFORMATION FORMAT
Arrival Only
Note
The mandatory space line
The flight no arrival and route and time
One code service type
SCHEDULE INFORMATION FORMAT
Departure Only
Note
The mandatory space line
The flight no arrival and route and time
One code service type
MESSAGE COMPONENT
Message Footer
SI NEW SERVICE
GI BRGDS SI – Supplementary Information
Any information regarding the slots
e.g (TIME IN UTC or NEW SERVICE)
GI – General Information
Other information not regarding the slots
e.g (BEST REGARDS or BRGDS)
Written in plain or abbreviated language
No Surat LION/001-2105
1 LET’S TRY
Kepada Yth. Koordinator
Berikut kami sampaikan permohonan slot untuk penerbangan niaga
berjadwal di bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng
sebagai berikut:
SCR
/LION/001-2015
S15
29MAR
CGK
NJT111 JT112 29MAR24OCT 1030507 215739 SUBSUB1200 1300SUBSUB JJ
SI ALL TIME IN UTC
GI REGARDS LION
2
No Surat LION/001-2105
LET’S TRY Kepada Yth. Koordinator
Berikut kami sampaikan permohonan slot untuk penerbangan niaga berjadwal di bandara Internasional
Soekarno-Hatta Cengkareng sebagai berikut:
SCR
/LION/001-2015
S15
29MAR
CGK
NJT111 JT112 29MAR24OCT 1030507 215739 DPSDPS1200 1300SUBSUB JJ
NJT113 JT114 29MAR24OCT 1234567 215739 KNOKNO1000 1100DPSDPS JJ
NJT115 JT116 29MAR24OCT 0204060 215739 SUBSUB0800 0900KNOKNO JJ
SI ALL TIME IN UTC
GI REGARDS LION
MANAJEMEN FINANSIAL BANDARA
Peningkatan Modal
2. Biaya Operasi
Beban Biaya Bandara antara lain:
Pekerja (gaji),
Persediaan,
Keperluan (air /catu daya),
Perawatan
STRUKTUR BEBAN BIAYA BANDARA
Rigas Doganis: “Analysis and comparison
of airport cost is certainly more difficult than
an assessment of airport revenue because
there is much less uniformity worldwide to
the treatment of cost than the revenues…..it
is difficult establish what the cost structure
of a typical airport might be even within a
limited geographical are such as Europe” (
Rigas Doganis :“Analisis dan perbandingan biaya bandara tentunya lebih sulit daripada
penilaian pendapatan bandara karena ketidakseragaman di seluruh dunia ……sulit
untuk menetapkan seperti apa struktur biaya bandara pada umumnya meskipun dalam
wilayah geografis yang terbatas seperti Eropa ”
Struktur Beban Biaya Bandar Udara
berdasarkan Fungsi (Unit)
For example at European airports staff costs went
from representing 43 per cent of total costs in
1989, to 35 per cent in 1999 and then 31 per cent
in 2009 (Graham, 2014). This is due to a number
of factors such as more outsourcing,
improvements in labour productivity, and the
adoption of various new technologies which has
reduced the need for as many staff.
Misalnya di bandara Eropa biaya staf berubah 43 persen dari total biaya pada
tahun 1989, menjadi 35 persen pada tahun 1999 dan kemudian 31 persen pada
tahun 2009 (Graham, 2014). Hal ini disebabkan sejumlah faktor seperti lebih
banyak outsourcing, peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan adopsi berbagai
teknologi baru yang telah mengurangi kebutuhan staf sebanyak mungkin.
Beban Biaya Bandara (AP 2)
Lanjutan…….
NO COMPANY ACTIVITIES
1 PT. ANGKASA PURA PROPERTY - PENGEMBANGAN PROPERTY
- JASA KONSTRUKSI
2 PT. ANGAKASA PURA RETAIL - CONCESSIONAIRE
- MARKETING/ADVERTISING
3 PT. ANGKASA PURA SUPPORT - TRADING
- EXPORT IMPORT SERVICES
- OUTSOURCING SUPPLIER
- FINANCING
• Opportunity cost;
• Incremental cost;
• Sunk cost;
• Depreciation;
• Inflation.
OPPORTUNITY COST
Opportunity Cost adalah nilai manfaat yang hilang ketika sumber daya dialihkan
untuk tujuan lainnya. Opportunity Cost terkait proyek umumnya sama dengan
pengeluaran tunai aktual, atau biaya yang dikeluarkan sendiri, termasuk biaya
konstruksi, upah, tunjangan tambahan, biaya overhead, dan item pengeluaran
lainnya. Namun, tiga kualifikasi berikut berlaku untuk penggunaan umum dari
penilaian pengeluaran tunai:
1. Biaya dapat timbul jika sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu proyek
sudah dimiliki oleh penyandang dana (misalnya, tanah yang akan digunakan
untuk terminal). Ketika dikonsumsi oleh proyek, ada opportunity cost g yang
tidak dapat digunakan untuk penggunaan lain (misalnya, kawasan industry
3. Pajak penjualan atau cukai yang merupakan bagian dari pengeluaran untuk
suatu proyek tidak mewakili sumber biaya yang dikonsumsi dalam suatu
proyek, dan harus dikeluarkan dari opportunity cost terkait proyek.
INCREMENTAL COST
Sunk Cost adalah biaya yang telah dikonsumsi dan tidak dapat ditarik
kembali saat BCA dijalankan, sehingga tidak boleh dimasukkan ke dalam
BCA. Kadang-kadang, proyek dapat dilaksanakan dengan biaya tambahan
atau tambahan yang sangat sedikit karena mereka menggunakan aset tetap
yang ada. Jika aset ini tidak memiliki opportunity cost (yaitu, tidak ada
penggunaan alternatif), maka dapat dipergunakan untuk proyek yang
sedang direncanakan. Contoh: pemasaran atau periklanan, penelitian dan
pengembangan untuk produk yang akan datang, pelatihan dan perekrutan.
Seringkali, biaya besar harus dikeluarkan di awal proyek untuk
mendapatkan keuntungan (atau pendapatan) di tahun-tahun berikutnya.
Seringkali berguna untuk mengetahui seberapa banyak keuntungan
tahunan (atau pendapatan) melebihi biaya tahunan, atau keuntungan
bersih (atau pendapatan) dari proyek tersebut. Agar nilai ini masuk akal,
biaya awal yang besar perlu dialokasikan ke tahun-tahun berikutnya ketika
manfaat terjadi. Ini dilakukan dengan metodologi akuntansi depresiasi.
As in the case of depreciation, the resource costs associated with project
construction are considered directly in BCA. Interest and principal costs
payable on the capital funds required to implement a project should
therefore not be included in a BCA. Both of these cost items are
implicitly taken into account by means of the discount rate in the
computation of present value
Seperti dalam kasus depresiasi, biaya yang terkait dengan pembangunan
proyek dianggap langsung di BCA. Oleh karena itu, biaya bunga dan pokok
yang terhutang atas dana modal yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
proyek tidak boleh dimasukkan ke dalam BCA. Kedua item biaya ini secara
implisit diperhitungkan dengan menggunakan tingkat diskonto dalam
penghitungan nilai buku saat ini.
The dollar is the measure into which all costs and benefits must be
converted in order to be compared. However, due to the process of
inflation, the amount of physical resources that may be purchased by a
dollar will decrease over time. Consequently, it is necessary to cost all
resources in the form of dollars of a given year, known as constant
dollars, to facilitate year-to-year comparisons.
Dolar adalah ukuran di mana semua biaya dan manfaat harus dikonversi
agar dapat dibandingkan. Namun, karena proses inflasi, jumlah sumber daya
fisik yang dapat dibeli dengan satu dolar akan berkurang seiring waktu.
Akibatnya, semua sumber daya dalam bentuk dolar pada tahun tertentu
harus dibebankan, yang dikenal sebagai dolar konstan, untuk memfasilitasi
perbandingan dari tahun ke tahun.
Apa itu Pendapatan ?
Pendapatan Bandar Udara adalah pendapatan suatu Bandar
udara yang diterima dari aktivtas usahanya.
Pendapatan
Dalam bisnis, pendapatan adalah uang yang diperoleh
perusahaan dari aktivitas bisnis normalnya.
Beberapa perusahaan juga menerima pendapatan dari
bunga, dividen atau royalti yang dibayarkan kepada mereka
oleh perusahaan lain.
Pendapatan dapat mengacu pada pendapatan bisnis
secara umum, atau mungkin mengacu pada jumlah,
dalam unit moneter, yang diterima selama periode
waktu tertentu, seperti dalam "liburan pelajar, lebaran,
Natal, tahun baru, imlek"
Pendapatan bandara mendukung pengeluaran
bandara & menyediakan untuk operasi, pemeliharaan,
dan peningkatan modal.
Bagaimana Bandara menghasilkan
pendapatan?
AVIATION
Air Traffic Air Operation
Terminal Security
Operation Services
NON-AVIATION GROUND
HANDLING
Retail Spacing & Building Aircraft Passenger
Management Rentals Services Services
Aeronautical Non-
Aeronautical
105
Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan
Enroute charge (ENC)
• Penerbangan dalam negeri
• Penerbangan luar negeri
• Penerbangan lintas (over flying)
106
Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan
108
Terminal Navigation CHARGE
109
Terminal Navigation CHARGE
Example
PJP4U
PELAYANAN JASA PENDARATAN, PENEMPATAN, PENYIMPANAN PESAWAT UDARA
112
PJP2U
PELAYANAN JASA PENUMPANG PESAWAT UDARA
BESARAN SATUAN BIAYA ATAS PELAYANAN PENUMPANG PESAWAT UDARA YANG DIHITUNG
SEJAK MEMASUKI BERANDA (CURB) KEBERANGKATAN, PINTU KEBERANGKATAN, SAMPAI
DENGAN PINTU KEDATANGAN (ARRIVAL GATE) DAN BERANDA (CURB) KEDATANGAN
PENUMPANG
113
CHECK - IN COUNTER
PELAYANAN JASA PEMAKAIAN TEMPAT PELAPORAN KEBERANGKATAN
BESARAN SATUAN BIAYA ATAS PELAYANAN JASA TEMPAT PELAPORAN KEBERANGKATAN
(CHECK-IN COUNTER) OLEH BADAN USAHA ANGKUTAN UDARA DAN PERUSAHAAN ANGKUTAN
UDARA ASING ATAS PENGGUNAAN CHECK-IN COUNTER BESERTA KELENGKAPAN DAN SISTEM
UNTUK PROSES KEBERANGKATAN
114
AVIOBRIDGE
PELAYANAN JASA PEMAKAIAN GARBARATA
115
JKP2U
PELAYANAN JASA KARGO DAN POS PESAWAT UDARA
BESARAN SATUAN BIAYA YANG DIBAYARKAN OLEH PEMILIK DAN PENERIMA KARGO DAN POS
ATAS PELAYANAN AREA/WILAYAH KARGO DAN POS DI BANDAR UDARA YANG DIHITUNG
SELAMA BERADA DALAM AREA/WILAYAH KARGO BANDAR UDARA
116
117
118
119
120
Airport Revenue
Airport Revenue
BUSINESS MAPPING
CORE BUSINESS ✔
RELATED BUSINESS
SUPPORTING BUSINESS
OTHER BUSINESS
RELATED BUSINESS
LANGSUNG MENUNJANG KEGIATAN PENERBANGAN
POLA PENGELOLAAN
DIKELOLA SENDIRI, ATAU
DIKELOLA OLEH PERUSAHAAN PATUNGAN :
- SEBAGAI PENDIRI : KEPEMILIKAN SAHAM MENUJU MAJORITAS
- BUKAN SEBAGAI PENDIRI : KEPEMILIKAN SAHAM MINIMAL 20 %.
PENYEDIAAN HOTEL
PENYEDIAAN TOKO, RESTORAN, BAR, CAFÉ
DUTY FREE SHOPS
PERPARKIRAN KENDARAAN BERMOTOR
JASA PERAWATAN GEDUNG DAN KANTOR
PENJUALAN BAHAN BAKAR DAN PELUMAS
KENDARAAN BERMOTOR
PENGANGKUTAN BARANG PENUMPANG DI TERMINAL
PELAYANAN POS
PELAYANAN TELEKOMUNIKASI
RELATED BUSINESS
LANGSUNG/TDK LANGSUNG MENUNJANG KEGIATAN BANDARA
GREETING SERVICE
TRAVEL AGENT
BANK
MONEY CHANGER
JASA PELAYANAN ANGKUTAN DARAT
LEFT BAGGAGE SERVICE
ADVERTISING SERVICE
FIRST CLASS LOUNGE, BUSINESS CLASS LOUNGE, VIP ROOM
HAIRDRESSER AND BEAUTY SALON
AGROBUSINESS
BUSINESS CENTER
JASA PENGOLAHAN LIMBAH
JASA PELAYANAN KESEHATAN
JASA PENYEDIAAN KAWASAN INDUSTRI
ARAH KEBIJAKAN RELATED BUSINESS YG
MENUNJANG KEGIATAN BANDARA
POLA PENGELOLAAN
DIKELOLA SENDIRI
SEWA + KONSESI
POLA-POLA KERJASAMA (KSO, KM, BOT)
PERUSAHAAN PATUNGAN
SEBAGAI PENDIRI/BUKAN SEBAGAI PENDIRI :
- KEPEMILIKAN SAHAM TIDAK HARUS MAYORITAS
- DISESUAIKAN DGN KRITERIA INVESTASI
DASAR PERTIMBANGAN POLA PENGELOLAAN
KEMAMPUAN SDM
KEMAMPUAN MANAJEMEN
KRITERIA INVESTASI (IRR, NPV, ROI, DST.)
128
SUPPORTING BUSINESS
Penyediaan lahan untuk bangunan, lapangan dan kawasan industri serta gedung
dan bangunan yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara;
Penyediaan, pengusahaan, dan pengembangan fasilitas elektronika, listrik, air,
dan instalasi limbah buangan;
Penyediaan jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan
kebandarudaraan.
133
AIRPORT RETAILING
134
AIRPORT RETAILING
135
AIRPORT RETAILING
136
Airport Revenue
Airport Revenue
Airport Revenue
Usaha Kargo merupakan bidang usaha kebandarudaraan yang menyediakan pelayanan jasa fasilitas
pengiriman barang.
Airport Revenue
Airport revenue & cost